TATA CARA SHALAT GHAIB JENAZAH | DI SMAN 1 SUNGAI KAKAP


SYARAT SHALAT GHAIB

1. jenazah berada di luar daerah yang jauh dalam jangkauan atau tempat yang dekat namun sulit dijangkau.

2. telah mengetahui atau menduga kuat bahwa jenazahnya sudah dimandikan. kalau tidak, maka shalat ghaib tidak sah. kecuali menggantungkan niatnya dengan sucinya jenazah tersebut (bahwa ia telah dimandikan) maka shalatnya dihukumi sah. misal : dalam niat ia mengatakan, “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulan’... dan seterusnya, dengan catatan di sudah suci atau sudah dimandikan ...” maka shalatnya juga sah.

RUKUN SHALAT GHAIB

1. Niat. 2. berdiri bagi yang mampu. 3. membaca empat takbir. 4. membaca Al fatihah. 5. membaca shalawat. 6. membaca doa untuk jenazah. 7. membaca salah setelah takbir ke empat

 shalat ghaib hukumnya sama seperti shalat jenazah yaitu Fardhu Kifayah. shalat ghaib cukup utuk menggugurkan kewajiban shalat jenazah dengan catatan shalat ghaib diketahui secara nyata ada orang yang telah melakukannya. shalat ghaib ataupun shalat jenazah tidak ada rukuk dan sujud, hanya ada 4 kali takbir. takbir pertama, membaca surat al fatihah. takbir ke dua, membaca shalawat. takbir ke tiga, berdoa untuk mayyit. takbir ke empat, disunahkan berdoa lagi untuk mayit atau bisa langsung salam.

Niat Shalat Jenazah.

Niat shalat jenazah diklasifikasi berdasarkan jenis kelamin dan status orang yang melaksanakannya apakah menjadi imam, makmum atau shalat sendiri.

jenazah laki-laki :



أُصَلِّي عَلَى مَيِّتِ (فُلَانِ) الْغَائِبِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامًا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى   

Ushallî ‘alâ mayyiti (fulân) al-ghâ-ibi arba’a takbîrâtin fardhal kifayâti imâman/ma’mûman lillâhi ta’âlâ.   

Artinya, “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulan (sebutkan namanya)’ yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’âlâ.”

jenazah perempuan : 


أُصَلِّي عَلَى مَيِّتَةِ (فُلَانَةٍ) الْغَائِبَةِ أَرْبَعَ تَكْبِيرَاتٍ  فَرْضَ الْكِفَايَةِ إِمَامًا/مَأْمُومًا لِلّٰهِ تَعَالَى  

 Ushalli ‘ala mayyitati ‘fulanah’ al-ghaibati arba’a takbiratin fardhal kifayâti imaman/ma’muman lillahi ta’ala.  

 Artinya, “Saya menyalati jenazah ‘Si Fulanah (sebutkan namanya)’ yang berada di tempat lain empat takbir dengan hukum fardhu kifâyah sebagai imam/makmum karena Allah ta’âlâ.”

keterangan : teks Fulan diganti dengan nama yang meninggal dunia.

DOA UNTUK JENAZAH


اللهم اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَاعْفُ عَنْهُ وَعَافِهِ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِمَاءٍ وَثَلْجٍ وَبَرَدٍ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَقِهِ فِتْنَةَ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ   

Allahummagfir lahû warhamhû wa’fu ‘anhû wa’âfihî wa akrim nuzulahû wa wassi’ madkhalahû waghsilhu bi mâ‘in wa tsaljin wa baradin wa naqqihi minal khathâyâ kamâ yunaqqast tsaubul abyadhu minad danas wa abdilhu dâran khairan min dârihî wa ahlan khairan min ahlihî wa zaujan khairan min zaujihî waqihî fitnatal qabri wa ‘adzâbin nâr.  

 Artinya, “Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah ia, maafkanlah dan berilah ia keafiatan (nasib ukhrawi yang baik), muliakanlah tempatnya, lapangkanlah jalurnya, basuhlah ia dengan air surgawi yang sejuk nan segar, bersihkanlah ia dari noda-noda kesalahan laiknya baju putih yang kembali mengkilap setelah dibersihkan dari kotoran dan noda, gantilah rumahnya dengan rumah yang lebih indah, keluarga dan pasangan yang lebih baik, lindungilah ia dari fitnah kubur dan siksa neraka.”

keterangan : doa di atas untuk jenazah laki-laki. jika jenazah perempuan maka rubah huruf H dhomir (istilah kaidah bahasa arab) menjadi H yang berharokat fathah. dengan ketentuan : bunyi huruf hu dan hi dirubah menjadi HAA.

====